Sabtu, 10 Desember 2011

CERPEN yang sudah saya refisi


SIAPA KAMU DINDA ?
By : CUT IRAWATI ILYAS

Akhirnya setelah liburan panjang usai back to school, semua aktivitas disekolahpun berjalan seperti biasa, tampak rumput dihalaman belakang sekolah baru dipotong dan lampu taman sekolah terlihat diganti dengan yang lebih baru. Nama lengkapku Alya Arsyad biasa disapa Alya, Para Guru di Sekolah mengenalku karna Ayahku komite di sekolah ini, Salah satu sekolah yang bangunannya paling mewah dan unggul di Banda Aceh City punya keluarga yang lengkap dan hidup berkecukupan punya seorang kaka laki-laki yang sangat melindungiku dan aku juga punya teman yang banyak, itu semua hampir membuatku tidak pernah merasa sedih dan sepi. sewaktu aku sampai didepan pintu kelas ku, aku terkejut melihat seorang insan yang duduk termenung diatas kursinya didalam ruang kelas, kebetulan aku mengenalinya karna dia teman sekelasku “DINDA” namanya, akupun langsung menghampirinya,
“Dinda ! kok termenung pagi-pagi gini ? gimana liburan kamu?” aku heran kenapa sapaan ku hanya disambut senyuman yang sepertinya kurang bersahabat, heningpun meneyelimuti ruang kelas kemudian Dinda menjawab sapaanku dengan nada datar dan seperti berbisik ”liburanku menyenangkan tapi tidak seperti menyenangnya liburan kamu”
Sepertinya pagi ini memang belum bersahabat dengan ku, pelajaran pertama dipagi ini juga tidak seasyik hari biasa, biasanya mata pelajaran Seni paling favorit bagiku. Sepanjang pelajaran berlagsung fikiranku terus berputar-putar mengingat tingkah anak aneh itu, aku penasaran dengan Dinda yang sepertinya menyimpan berjuta masalah. Bel sekolah berdering dan rasa penasaranku pada Dinda kuhilangkan sesaat karena hari pertama mengikuti pelajaran aku tidak mau terbebani dengan rasa penasaranku tentang Dinda yang tidak jelas itu, tapi aku tetap ingin tau alasan Dinda menjawab seperti tadi, dia kurang ceria, dia juga tidak pernah kelihatan bahagia, sudah satu tahun sekelas dengannya tapi aku tidak pernah melihatnya punya teman bahkan tersenyum pun tidak pernah ku lihat.
Bel istirahatpun berdering, semua anak-anak berdesakan keluar untuk kekantin, benar-benar seperti anak-anak yang kelaparan, ketika ditanya sama anak-anak yang keluar terburu-buru itu “kenapa buru-buru waktu keluar” pasti cuma dijawab ”duh..cacing dalam perut udah demo nie..” lebay nya.
Aku melihat disudut kelas, Dinda masih duduk dan entah apa yang direnunginya, aku ingin tahu ada apa dengan Dinda? Kuhampiri ketempat dia duduk
“Hai Dinda boleh Alya duduk dikursi ini?” Dinda terlihat terkejut melihat kedatanganku tanpa menjawab dia geser kursi yang ada disampingnya dan menatapku dengan mata tajam, akupun duduk dikursi yang digesernya. Aku mencoba bertanya tentang apa yang terjadi dengannya.
”Dinda sedang memikirkan apa ? apa ada masalah? Apa Dinda sakit ? hmm” ketika aku mau melanjutkan pertanyaanku Dinda memotongnya tanpa melihat kearahku,
”Jangan pernah memikirkan kondisiku, bukan kah kondisimu sangat menyenangkan, apa sekarang kamu ingin menertawakan keadaanku?”
Aku terkejut mendengar jawaban dari Dinda, aku hanya tercengang menatap kearahnya dan memikirkan maksud dari jawabannya itu, apa mungkin dia seorang anak yang tidak punya keluarga, apa mungkin aku pernah berbuat salah yang menyinggung perasaannya..ahh tapi dia bersikap seperti ini pada semua teman, pantas saja dia tidak mempunyai teman, anak aneh..aku bangun dari tempat duduk dan menatap matanya yang hanya melihat kalung yang digenggam ditangannya.
“hmmm..maaf sudah mengganggu, Alya pulang duluan ya, assalamu’alaikum” sepertinya lebih baik aku tidak banyak bertanya dulu, aku janji akan menjadi teman mu “Dinda”. Dia tidak menjawab salamku hanya gerakkan tangan kanannya yang mengisyaratkan get out buat ku.
***
Aku melihat dinda berjalan menuju mushola, terlihat raut wajahnya yang memerah dan terlihat tangannya menggenggam sesuatu, yah dia ternyata menggenggam kalung yang kemarin juga sempat terlihat olehku, namun kali ini genggamannya terlihat penuh kebencian. Tanpa pikir panjang aku langsung berlari dan memanggilnya
 ”Dinda ! kemushola ya? ngapain kemushola Din, belum sholat ya?” menoleh kejam tanganku ternyata sudah pukul 15:00 sedangkan waktunya shalat dzuhur  sudah berlalu dari tadi, waktunya shalat dzuhur di daerah Aceh sekitar pukul 13:00, lagi-lagi Dinda terkejut melihat ku, dia menjawabku tanpa senyum sedikitpun
”tas..tas.. ketinggalan di mushola” kegugupan sangat terlihat pada rautnya, Dinda langsung melangkahkan kakinya menuju kemushola tanpa basa-basi mengajak aku pergi bersamanya, ku sentuh bahunya dari belakang
”Dinda..Alya juga mau kemushola, soalnya buku Alya ketinggalan juga di mushola, jadi kita bareng saja ya?” dengan kasar dia menjatuhkan tanganku dari atas bahunya dan melanjutkan langkahnya dengan cepat, aku tak peduli dia mau berteman atau tidak aku langsung mengikutinya. Sesampai dimushola sekolah Dinda langung masuk dan duduk di sudut mushola, walaupun terasa takut dalam hatiku ku coba untuk mendekat dan bertanya
”Din..kamu bilang tadi mau ambil tas? Din..tas kamu hilang?”
”Pergi ! pergi kamu, atau aku akan membunuhmu…pergiiiiiiiii” Dinda berteriak sambil menarik kerah bajuku, leherku pun terasa sakit, tubuhku langsung gemetar, kakiku rasanya tak bisa melangkah, teriakannya ..teriakannya penuh kebencian, apa salahku ? Dinda menyuruhku pergi dengan mata yang penuh kebencian namun dari mata itu juga terlihat beningnya air mata, ia menahan tangis yang sepertinya sudah mengumpul dimatanya, ada apa sebenarnya ? aku benar-benar tidak dapat melangkah, kakiku gemetar dan kaku, aku tak dapat pergi tubuhku malah terjatuh didekat Dinda, aku benar-benar kaget dan takut melihat mata Dinda yang penuh kebencian itu, sebelumnya dalam hidupku aku hanya menjadi anak manja yang dikelilingi kasih sayang, semua orang lembut padaku, apapun kesalahanku, Bunda dan Ayah tidak pernah memarahiku bahkan tidak pernah membentakku, aku baru mendengar bentakan yang begitu keras kali ini. Dinda kamu membentakku dan melihatku penuh kebencian.
Aku bangkit dan lari keluar dari mushala, ternyata Pak Amat petugas sekolah yang sedang membersihkan taman sekolah melihatku berlari sambil menangis dan terlihat olehnya saat aku tersungkur ketakutan dan gemetar dibalik pintu kelas
“Astaghfirullah...Nak Alya, kenapa Nak ?” Pak Aman panik langsung menarik telfon yang ada disaku bajunya, dia menelfon Ayah dengan nada panik, sementara aku tidak bisa menjawab pertanyaan Pak Amat, ketakutan ini benar-benar membuat mulutku tak sanggup berbicara. Pak Aman memanggil Pak Saiful yang juga petugas sekolah untuk mengangkatku dan membawa ku ke ruang Guru. Setelah aku minum air putih yang diberi oleh Pak Aman aku mulai tenang, Ayah datang dan langsung memelukku dan membawa aku pulang kerumah, tak sepatah katapun keluar dari mulut Ayah selain berterimakasih kepada Pak Aman dan Pak Saiful.
            Pagi ini begitu cerah, apapun yang terjadi kemarin di sekolah aku harus melupakannya agar hidupku bisa tetap semangat, semalaman aku tidak bisa tidur, wajah seram Dinda selalu teriyang-iyang dibenak kepala, masalah ini tidak ku ceritakan pada Ayah dan Bunda, aku hanya bilang saat itu aku sakit perut, dan Ayahpun mempercayaiku begitu saja. Aku harus cari tahu siapa Dinda sebenarnya, sesampaiku  diruang kelas terlihat bangku Dinda kosong aku geram melihat tingkah Dinda, sepulang sekolah keruang Guru untuk meminta biodata yang lengkap tentang Dinda, usahaku untuk mendapatkan biodata Dinda tidak semudah yang aku fikirkan, aku mencoba meminta kepada Guru-Guru yang masih ada di sekolah, tapi mereka tidak mau memperlihatkan biodata Dinda ”aneh…selama ini setahu aku tidak ada peraturan menyembunyikan/tidak memperlihatkan biodata siswa pada siswa yang ingin tahu, dan baru kemarin aku meminta biodata Nifa kawan sekelasku dan Guru memberinya “.

Dengan hati yang sangat kecewa, aku pulang dengan rasa penasaran dan kesal yang memuncak, Walupun dia  membenciku dan membuatku ketakutan setengah mati, tapi semua yang dia lakukan itu pasti terkait dengan masalahnya, aku tidak bisa marah kepada Dinda aku malah merasa kasihan padanya, sesampaiku dirumah rasa  kesalku tadi hilang seketika saat melihat wajah Bunda yang menyapaku dengan agak khawatir
”kemana saja Nak? Apa ada pelajaran tambahan? Kalau masih kurang enak badan kita ke Doktor sekarang yuk?”
”maaf Bunda, Alya lupa memberitahukan Bunda kalau hari ini telat pulang, Alya kekamar dulu ya Bunda, oa, anak Bunda yang cantik ini sehat, kuat, dan semangat jadi idak perlu ke Doktor, oke ! “ aku senyum dengan mengedip mata ke arah Bunda, setidaknya mengurangi rasa khawatirnya
”ya sudah,cepatlah mandi dan langsung makan ,Bunda sudah masak kesukaan kamu Nak!”.
Aku ingin sekali tahu masalah yang dihadapi Dinda, aku ingin membantunya semampuku bisa,  ”Dinda” memang terlihat tidak punya teman, aku juga tidak pernah melihat dia dijemput oleh seseorang, aku baru sadar, setiap hari aku dan teman-temanku bersenda gurau dengan bahagia menikmati masa-masa remaja kami, tanpa sadar seorang gadis seperti Dinda setiap hari hanya sendiri, pasti sangat kesepian.

Adzan bergema terdengar keseluruh kota pelajar Darussalam, dan terlihat lelaki-lelaki yang rapi dengan baju koko, peci dan sarungnya berjalan menuju mesjid Fatun Karib untuk shalat maghrib berjamaah, aku langsung mengambil mukena dan mengambil air wudhuk yang akan menyucikan ku untuk menghadap-Nya.

Setelah shalat aku mencurhatkan seluruh rasa kebimbanganku kepada Allah hanya Allahlah yang mampu memberi saran serta petunjuk paling the best untuk semua masalah. Aku tak langsung pulang, aku menunggu waktu insya datang, hatiku terasa lebih tenang dan sejuk saat membaca Al-quran, alunan-alunan suara lelaki-lelaki sholeh memecahkan kesunyian di Mesjid  ini, mesjid ini banyak di dominasikan oleh  jamaah pemuda pemudi dari pada orang tua karena itulah banyak yang menamakan mesjid ini sebagai Mesjid Mahasiswa karena memang letak mesjid ini masih dalam pekarangan kampus IAIN Ar-Raniry.
Selepas shalat insya aku melangkahkan kaki untuk kembali keistanaku, rumah memang istana bagiku, ditengah jalan aku seperti mendengar seseorang memanggilku, lalu aku memalingkan wajahku kebelakang, ternyata Ustad Rahmad
”Assalamualaikum..Nak bagaimana kabarmu?” memang senyum Ustad muda itu tak pernah luntur ketika berjumpa setiap orang, apalagi dengan ku..yee.. ke GRan, tanpa bengong aku membalas senyumnya, Dia adalah guru ngajiku dari aku SMP sampai sekarang, sebenarnya dia hanya lelaki biasa yang kuliah di UIN, umurnya pun hanya berjarak 7 tahun dari umurku, namun dia selalu memanggilku dengan sebutan Nak.   Karena rumahnya dekat dengan rumahku, Ayah menyuruhnya mengajariku mengaji dan belajar Agama.
”Walaikumsalam..ustad, alhamdulillah baik-baik saja”
 Hmmm..kayaknya ada yang lagi di uji nich sama Allah dia sepertinya bisa melihat raut wajahku yang masih memikirkan Dinda.
“Uji ?” aku menatapnya dengan rasa ingin tahu dari maksud kata-katanya.
“Dalam QS. An-Nisa ayat 19, Allah berfirman barangkali kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak, abang tau kamu lagi ada masalah yang membuat fikiran mu lelah atau bahkan kesal, tapi ingat semua itu ujian dari Allah, jadi jangan pernah mengeluh !” aku melihatnya dengan rasa senang dan bangga punya ustad yang perhatian padaku, hehehe
“trimakasih ustad”  aku membuka gerbang rumah dan masuk, tanpa mengobrol panjang denganya, biasanya aku pasti bercanda dulu dengannya, tapi kali ini aku memilih tidak mengatakan apapun termasuk menyembunyikan tentang Dinda yang sebenarnya membuatku sudah lelah memikirkan siapa dia.

Sampai dirumah, aku langsung makan malam bersama Ayah Bunda dan Abangku satu-satunya itu, sambil makan malam Ayah selalu menggunakan moment ini untuk menasehati aku dan Abangku, memberi kami semangat untuk menjalani hari-hari esok dengan penuh prestasi. Tiba-tiba handphon ku berbunyi nada pesan masuk, aku langsung membukanya sambil tersenyum meminta izin membuka sms pada Ayah karena biasanya Ayah sangat kesal kalau aku membaca sms sewaktu lagi makan, raut wajahku berubah “apa maksud sms ini? Sapa yang megirimnya padaku?” bisikku dalam hati, aku mengulang membaca sms ini ”keluargaku semua telah kau rampas, sekarang aku hanya sendiri, kau fikir aku akan membiarkanmu bahagia? Yaa..kebahagiaanmu akan aku rampas, dan membiarkanmu merasakan kepedihan seperti yang aku rasa”. Mungkin ini hanya sms salah kirim, hufff.. bagaimana jika sms ini memang untukku, ada apa sebenarnya? Ya Rabbi Engkau Maha Melihat dan mengetahui, pasti Engkau akan slalu melindungiku ya Rabbi.
“ Alya..ada apa Nak ? sms dari siapa ?” Bunda menegur ku
“Tidak Bunda, tidak ada apa-apa, hmm..Alya udahan makannya, Alya kekamar dulu ya “ aku langsung berlari menuju kamar, aku tahu pasti Ayah Bunda dan Abang penasaran dengan sikapku, tapi mereka haya berfikir positif
“ Abang.. lihat adikmu sudah besar, kamu harus melindunginya, dan tanyakan masalah apa saja yang sedang dia hadapi”
“Baik Ayah” Abang menjawab Ayah dengan sambil tersenyum.

Hari ini aku diantar oleh Ayah kesekolah, karna terburu-buru sudah telat, aku membuka pintu mobil dengan tidak hati-hati, ternyata ada seorang gadis yang terkena pintu mobil waktu aku buka, dan dia terjatuh, aku sangat terkejut ketika melihat gadis itu adalah Dinda, buru-buru ku sentuh lengannya untuk ku bangunkan, tapi dia menolakku dengan kasar.
 “astaghfirullah, Dinda kamu tidak apa-apa ?, aku benar-benar tidak sengaja, maaf ya..” Ayah lalu turun dari mobil
”ada apa Nak, kenapa temanmu?
“Alya terburu-buru membuka pintu mobil dan Dinda jatuh karna terkena pintu mobil, Alya sudah minta maaf” Ayah langsung membangunkan Dinda dan meminta maaf atas kesalahanku, Dinda melepas tangan Ayah dari pundaknya dan berlari masuk ke sekolah.
“Benar-benar gadis yang tidak sopan” Ayah merasa kesal melihat tingkah Dinda
“ Tidak Ayah, dia anak yang baik kok, itu juga teman Alya”
“ya sudah Ayah berangkat kantor dulu ya”
Jam istirahat berbunyi, ketegangan anak-anak bisa terlepas dengan lega karna pelajaran Buk Sofi yang ganas banget, tapi asyik bagi yang memuji Ibu itu, kalau dipuji pasti marahnya turun dan bakalan dapat nilai ples heheh. Semua anak-anak menuju kekantin, terkecuali “Dinda”, kali ini aku tidak menegur Dinda karna takut dia masih marah padaku.
Alya.. gabung sini sama kami!  Marlin memanggilku
Kalian lagi ngomongin apa sich ? seru banget kayaknya, yang penting jangan gossip oke!”
Ia, ustadzh yang caem” kami tertawa melihat gaya bicara Marlin yang meniru gaya bicara Nabila Syakip artis itu heheh
Alya tau tidak kalau tadi Dinda minta izin sama Guru, katanya sih dia sakit, so dia minta izin buat istirahat dirumah
Lho.. Aku kok tidak tahu ?  tadi Alya lihat sewaktu mau kekantin, Dinda keliatannya sehat-sehat saja, kalian kok tahu?” Aku jadi khawatir kalau benar Dinda sakit karna gara-gara kesalahanku tadi pagi.
“kami tau dari Buk Dina” disambung lagi oleh eva ”kayaknya waktu kamu diperpus Dinda pulang nya”

Sepulang sekolah aku tidak langsung pulang karena aku berniat menceritakan sesuatu pada Putri teman akrabku walau pun kami berbeda kelas, aku sangat ingin tahu tentang Dinda, dari situ aku ingin Putri membantuku untuk tahu siapa Dinda.
Alya…kamu kenapa? kok siang-siang begini bengong, oya mau cerita apa ?”
Huff..kamu janji ya kalau aku cerita masalah ini kamu rahasiain ya? dan satu lagi, aku pengen minta saran kamu, dan ini bagi aku masalah yang serius”
Ya.. aku janji, kamu bisa percaya sama aku, kan kamu tau aku udah lama jadi temen kamu, cepet dong ceritainnya, aku penasaran nich emangnya masalah apa sih ? masalah keluarga, sekolah or jangan…jangan…kamu jatuh cinta ya?” dengan mata melotot Putri menatap ku dengan rasa penasaran,
Tidak perlu berlebihan gitu, ini masalah…” handphon ku berdering, Putri sangat jengkel karena penasaran
Kenapa tidak dimatiin dulu sich hp nya, emangnya siapa  yang nelfon?
“maaf ya Put.. Bunda Alya nelfon, aku angkat telfon dulu ya, nanti aku certain”Putri hanya mengangguk-angguk.
Assalamualaikum, ada apa Bunda?”
“wa..lai..kumsalam, Nak..?
Bunda ! kenapa nangis? Ada apa Bun?
Ayahmu kecelakaan Nak.. Cepat ke sini, Bunda sendirian..Bunda di RSUD
Baik Bunda, Alya kesana sekarang, tolong Bunda jangan panik ya..!” air mata tak bisa kutahan mendengar Bunda menangis tersedu-sedu.
”kenapa Alya? ” Putripun terheran-heran melihatku terburu-buru turun dari lantai satu dan menuju kegerbang sekolah, ku stop Taxi dan naik, sementara Putri langsung mengikutiku, didalam Taxi aku baru menceritakan semuanya kepada Putri.
Sabar ya Alya, pasti Ayah kamu akan baik-baik saja Putri memelukku menenangkanku

AkhirnyaTaxi memasuki kawasan Rumah Sakit, aku berlari keruang UGD, aku terkejut melihat Ayah terbaring denagan darah yang masih mengucur dikepala Ayah, aku langsung memeluk Bunda yang lemah tiada berdaya ketika melihat orang yang dia cintai terbaring tanpa membuka mata,
Nak…peluklah Ayahmu badanku bergetar dan takut akan kehilangan Ayah, akupun memeluk Ayah dengan erat
 “Sayang.. Ayahmu banyak mengeluarkan darah..”aku merangkul Bunda dan membawanya menuju kemushola, aku ingin menenangkan Bunda, aku tidak mau melihat air matanya berlinang tak henti. Selesai kami shalat 2 rakaat kami mengadahkan tangan kekatas memohon pertolongan pada Sang Maha Bijak,,”Ya Rahman,Ya Rahim..jika Engkau ingin mngambilnya maka ambillah dia. tapi jangan Engkau siksa Ayah dengan ketidak berdayaannya seperti itu, Ya Allah Ayah lah yang mencari nafkah untuk kami, dialah yang slalu mengingatkan kami untuk slalu mengingatMu..dari itu hamba mohon Engkau panjangkan umurnya..amin ya rabbal’alamin”.
“Nak.. sudah dari tadi Bunda hubungi Abangmu, tapi nomornya tidak aktif, cari Abangmu..Alya! “
“baik Bunda..Alya berangkat dulu ya”. Putripun ikut menemaniku mencari Abang walaupun hanya sebentar karena dia harus menjaga Cafenya.
Sampai di fakultas tempat Abang kuliah, aku banyak menemui temannya tapi tidak satupun tau kemana dia.  Aku sangat lelah mencari Bang Razi sekeliling Kampus dan menghubungi semua temannya, tapi anehnya semua tidak tahu kalau dia ada dimana, aku juga terkejut setelah tahu kalau tadi pagi dia tidak masuk kuliah padahal tadi pagi dia pamitan sama Bunda untuk kuliah
”kemana aku harus mencari mu Bang..? aku percaya kamu tidak akan mengecewakan Ayah..” begitu lemah sudah tubuh ini, aku terduduk hingga tak berdaya lagi tapi semangatku bangkit lagi ketika mendengar adzan maghrib bergema, aku bangkit untuk memenuhi panggilanNya dengan mencari mesjid yang dekat didaerah ini, sesudah shalat dan berdoa, mulailah hatiku resah, bagaimana aku harus bilang sama Bunda. Namun, aku tidak ingin menghabiskan waktu untuk mencari Abang sementara Bunda sendiri di Rumah Sakit.

Sesampai di Rumah Sakit didalam sebuah ruang kamar yang bernomor 47 perempuan setengah baya langsung memeluk anaknya dengan isak tangis yang tidak tertahankan
”Nak..Allah telah memanggil Ayahmu..” tangis Bunda memecahkan hatiku, sementara aku tak dapat menenangkan Bunda karena aku sendiri terjatuh lemah ke lantai, aku bagaikan bermimpi, Ayah tadi pagi aku baru menyalamimu..aku tidak sanggup berkata sepatahpun beribu kata penyesalan ku dalam hati ”kenapa aku harus mencari Abang tadi? sementara aku tidak bisa melihat Ayah pada hembusan terakhirnya”
Nak..Abangmu mana ? Ayahmu akan dishalatkan, dia anak laki-laki putra Ayahmu, Bunda ingin dia yang menjadi imam untuk menshalatkan Ayah”
“maaf Bunda..Alya tidak tahu Abang ada dimana, Alya benar-benar sudah berusaha mencari Bang Razi” isak tangisku bertambah “Abang kau sangat penting bagi kami apalagi pada saat ini, tapi kau menghilang entah kemana”, akhirnya mayat Ayah dishalatkan oleh Pak Ustad, terlihat dishaf pertama Bang Rahmad ustadku ikut menshalatkan mayat Ayah.  aku dan Bunda berharap agar Abang bisa melihat Ayah untuk terakhir kali, tapi dia tak kunjung hadir, sementara mayat Ayah tidak bisa dilama-lama kan karna takut darah yang dikepalanya keluar lagi. begitu hancur bercampur sedih hatiku  melihat mayat ayah seperti itu ditambah Bang Razi yang menghilang.

Setelah ayah dikebumikan, aku dan mama kembali kerumah, ustad Rahmad dan keluarganya juga ikut menemaniku dan Bunda.
”sabar ya buk, Semoga amal Ayah diterima oleh Sang Pencipta dan ditempatkan disisi yang paling mulia, amin”
“trimakasih Nak Rahmad, kami merasa sangat kehilangan kepala keluarga yang menafkahkan kami”
Buk..apakah Ibu lupa bahwa Ibu punya dua orang anak yang sholeh” Bunda memandangku dan memelukkusekarang saya hanya memiliki seorang anak yang sholeha”
Buk..tenanglah insyaallah  Razi akan pulang menjadi pengganti almarhum”

 Aku dan Bunda  berharap kata-kata ustadz menjadi kenyataan. Sudah tujuh hari Ayah meninggal, rumah ku diselubungi oleh duka yang berkepanjangan, dan sudah tujuh hari pula Bang Razi tidak pulang, Bundapun tidak sanggup menahan semua ini hingga dia sakit dan terbaring sepanjang hari ditempat tidur, dan selama itu pula aku tidak masuk sekolah.

Hembusan nafasku bercampur dengan udara fajar yang sungguh sejuk menyejukkan hatiku, hari ini aku harus bangkit, aku awali hari ini tanpa Ayah yang biasa mengantariku kesekolah, aku sudah siap-siap untuk berangkat sekolah dan akupun melihat kembali wajah cerah Bunda yang sudah menyiapkan sarapan untukku
”Bunda udah sehat ? Bunda istirahat saja, Alya berangkat sekolah dulu ya!”
Bunda tidak apa-apa lagi, kamu hati-hati ya Nak
Itu pasti Bun, Assalamualaikum”
Walaikumsalam” aku melangkahkan kaki untuk menuntut ilmu walaupun berat meninggalkan Bunda dirumah, baru dua langkah Bunda sudah memanggilku lagi.
 ”Nak, kamu naik apa kesekolah?”aku tersenyum dengan tujuan menghilangkan rasa khawatir Bunda ”Alya naik bus sekolah Bun”
Sesampai disekolah aku disambut teman dengan pelukan mereka yang mangasihaniku, aku tau sekarang aku sudah yatim tapi aku tidak ingin dikasihani. tiba-tiba aku ingat pada Dinda karna aku melihat dia tidak ada dikelas aku bertanya pada Marlin ”Lin, Dinda mana kok nggak kelihatan ya”
“Ada kok dia sekolah tapi udah keluar lagi tadi, dan dia juga baru hari ini sekolah, udah lebih satu minggu dia tidak masuk sekolah, tapi nggak ada kabar apa-apa”
“oh…gitu ya” aku mulai penasaran lagi pada Dinda. aku terkejut melihat dia menatapku, seperti dia menatap seorang musuh dan dia tersenyum seperti senyum para penjahat. aku palingkan wajahku untuk tidak melihatnya lagi.
Alya.. kesini sebentar Putri ada perlu” akupun menghampiri putri yang berdiri didepan pintu kelas ”ada perlu apa put ? .
“Aku cuma mau tanya tentang waktu itu, kamu pernah mau cerita sesuatu padaku kan ? pulang sekolah nanti cerita ya?”
“Ia Put aku akan menceritakannya, tapi Alya tidak mau cerita disekolah, bagaimana kalau kamu kerumah Alya ? karana Alya nggak mungkin lama-lama disekolah kasian Bunda dirumah sendirian”
Oke, nanti tunggu Putri ya kita pulang bareng”

Sepulang sekolah aku dan Putri langsung pulang, sampai dirumah aku memulai ceritaku tentang Dinda pada Putri, baru setengah aku bercerita pada Putri. tiba-tiba suara bel rumah memotong pembicaraan kami,
”Nak tolong bukakan pintu ada tamu, Bunda lagi masak”.
“Ia Bun” ketika pintu ku buka, betapa kaget melihat empat orang Polisi dihadapanku
”Assalamu’alaikum selamat sore, apakah ini betul rumah almarhum Bapak Arsyad ?”
Iya betul Pak, silahkan masuk ?” Putri menggenggam tangan ku dan berbisik semuanya akan baik-baik saja Alya insyaallah.
“Maaf kalau kedatangan kami mengganggu, kami ingin memberitahukan sebab kecelakaan Bapak Arsyad, boleh kami bertemu dengan Ibu Arsyad ?” Bunda datang dengan wajah yang sedih
“Kecelakaan suami saya..apa ada orang yang menyebabkan suami saya kecelakaan?” Ibu terlihat lemas dan terjatuh aku memeluk Bunda dan membawanya ke sofa, kami merasa Ayah tidak akan punya musuh karena Ayah sangat baik.
“Benar Bu, ada seseorang yang memang dengan sengaja memutuskan rem mobil sehingga rem mobil blong” Air mata Bunda jatuh tak tertahankan
 ”Tolong bapak selidiki siapa yang telah tega berbuat itu pada suami saya, dan kami percaya bahwa bapak bisa menangkap orang tersebut”
“Terimakasih Buk atas kepercayaannya, dari itu kami meminta kesediaan Ibu dan anak Ibu memberi keterangan untuk memudah kan kami dalam kasus ini”
Baik Pak kami akan memberikan keterangan semampu kami”
Aku sungguh tegang saat untaian-untaian pertanyaan Polisi harus ku jawab, aku paling banyak ditanya karena yang terakhir bertemu dengan Ayah adalah aku sewaktu diantar kesekolah. Terimakasih atas semua keterangan Ibu dan Anak Ibu, kami pamit pulang Buk, Asslamualaikum”
Walaikumsalam, sama-sama pak”.
Aku merasa sedikit lega bisa menceritakan semua pada Putri tentang Dinda, Putripun memberi jalan keluar Alya! aku akan usahakan identitas lengkap tentang Dinda, kamu tidak usah memikirkan dia lagi ya
Satu bulan berlalu dengan cepat, sungguh sepi kehidupan ku dengan Bunda sekarang tan Ayah da Abang, kenapa keluarga ku bisa seperti ini? Alhamdulillah Ayah punya uang tabungan sehingga aku dan Bunda bisa membuka toko kue kecil-kecilan yang bisa menghasilkan uang untuk kebutuhan kami sehari-hari, namun rumah sangat sepi aku tidak bisa bercanda lagi dengan Ayah dan Abang yang sangat aku sayangi, dimanakah kamu Bang? kenapa tega meninggalkan kami? apa salah kami hingga kamu lari dari rumah? ”ya..Allah kenapa tidak ada berita apa-apa dari polisi dan Putripun belum bisa menemukan identitas Dinda dan aku juga  selalu menerima pesan yang mengerikan lagi..pesan itu memberi selamat atas kesengsaraanku, kenapa dia tahu bahwa aku terkena musibah, Ya Allah hamba tahu ini semua adalah ujianmu melihat bukti bagaimana cintaku padaMu” hati ku berdebar saat mendengar bunyi hp ku, ada yang menelfhon,dengan basmallah aku terima telfon itu
”Halo..assalamualaikum, ini dengan siapa?”
“walaikumsalam ini nomor baru aku Alya, oya Alya cepat kesekolah sekarang, aku sudah menemukan data yang lengkap tentang Dinda”
Baik Put, 15 menit insyaallah aku akan sampai kesana”
Entah kenapa aku sangat ingin tahu tentang Dinda apalagi jika teriyang matanya yang penuh kebencian itu,
Assalamualaikum..mana Put datanya”
“ussssst..walaikumsalam jangan besar-besar bicaranya Alya, aku takut ada yang mendengar kita, apalagi kalau di dengar oleh Dinda..soalnya aku lihat Dinda tadi lewat dilantai atas”
Apa ? ngapain Dinda ke sekolah, ini kan hari minggu?”
Putri nggak tahu, kata satpam dia udah pulang, ini datanya!”
Aku sangat mengamati data Dinda dari nama panjang sampai alamatnya
”ya ampun aku nggak nyangka Put kalau orang tua Dinda sudah meninggal, tapi kenapa tidak tertulis  nama Ayahnya cuma nama Ibunya yang tertulis?”
Aku dan Putri terkejut melihit sosok yang berdiri tiba-tiba dihadapan kami saat ini, aku sedikit gugup melihat wajahnya yang seperti ingin menerkam kami, dengan kata-katanya yang secara tiba-tiba menyambut pertanyaan ku, bagaimana dia tahu, padahal tadi kata satpam dia sudah pulang
 ”Kamu mau tau Alya kenapa nama Ayahku tidak tertulis disitu ?” dari suaranya dia sangat marah padaku, siapa dia sebenarnya. Dinda menatap kami dengan penuh kebencian, Aku dan Putri tak dapat berkata apa-apa. Aku memberanikan diri menatapnya dan bertanya
“Kenapa ? “
“Karena Ayahku adalah Ayahmu ! “ aku terhentak dan tak percaya sedikitpun dari perkataannya, ya..dia pasti berbohong.
 “Kamu dan Ibumu telah menghancurkan kehidupanku dan Ibuku..Ibuku..kalianlah yang membuat Ibuku mati” dadaku sesak, Dinda berteriak sangat keras wajahnya merah dan tangannya tergumpal seperti ingin membunuhku.
“astaghfirullah..mati dan hidup seseorang ditangan Allah Dinda, dan kebahagiaan seseorang juga Allah yang menentukan, apa maksud Alya merampas kebahagiaanmu” Putri membantu membangunkanku dari lantai sambil berkata seperti itu. dengan nafas yang sangat sesak ku paksakan untuk berkata
 “Siapa kamu sebenarnya dinda”
 “A…ak..aku, aku kakak tirimu, Ibumu yang telah merebut Ayahku, dan kamu telah membuat aku dan Ibuku menderita, kamu yang telah merebut Abangku Rais, yang sekarang kamu fikir Rais adalah Abang kandungmu, kamu hidup bahagia dengan orang tua dan sawadara yang lengkap, sementara aku sendiri terombang ambing saat Ibuku meninggal karena menderita, sekarang aku puas..puas..sudah membunuh Ayahmu dan menyengsarakan kamu dan Ibumu dengan kehilangan Abangmu yang sebenarnya itu adalah Abangku dan sekarang aku merangkul Abangku lagi”
“Kamu pembohong..aku tidak akan percaya padamu sedikitpun” aku menarik kerah bajunya, Putri menarikku dan membawaku pulang.


Sampai dirumah aku tak kuasa harus bertanya tentang ini pada Bunda tapi aku harus tau yang sebenarnya.
Bunda.. tolong jujur pada anak mu sendiri, apa aku punya kakak tiri yang bernama Dinda?” Bunda kaget dan menatapku dengan liangan air mata.
Kau sudah tahu Nak, mungkin Ayahmu khillaf waktu itu, Ayah dan Bunda saling mencintai, Ayahmupun sudah berjanji menikahi Bunda saat Bunda sudah selesai kuliah, tapi karena Bunda kuliah di Jakarta yang jaraknya sangat jauh dari Ayahmu, akhirnya Ayahmu menikah dengan Ibunya Dinda dengan paksaan orang tua, saat ayahmu telah mempunyai anak dua orang yaitu Abangmu dan Dinda, mama kembali karna telah menyelesaikan S1, dan…dan Ayahmu tetap inginkan Bunda menjadi istrinya, karena cinta Bunda menikah dengan Ayahmu tanpa diketahui oleh Ibunya Dinda, dan sewaktu kamu lahir, Ayah membawa Rais kerumah kita agar kamu tidak kesepian dan saat itu pula Ibunya Dinda tahu yang sebenarnya, tak lama dari kejadian itu Ibunya Dinda diceraikan oleh Ayah, dan Rais memilih lebih tinggal dirumah kita”
Aku menahan tangis menahan luka rasa sakit mendengar cerita ini…bel rumah berbunyi, ku hapus air mata dengan badan yang lesu aku tertatih berjalan menuju pintuAstaghfirullah Abang..?”  Kedua Polisi memegang bahu Abang dan terlihat tangan Abang terborgol.
“Inilah pelaku dalam insiden kecelakaan Bapak Arsyad
Ya..Allah begitu hancurnya kebahagiaan ku sekarang aku tak pernah menyangka seorang anak telah tega membunuh ayah nya,”kenapa abang berbuat sehina ini, kemana sosok mu yang sholeh dulu? enkau hancurkan semua ibadahmu dengan kehinaan ini, Alya tau sekarang Abang bukan sawdara kandung Alya,,tapi kamu pernah menjadi Abang yang menyayangiku, dan Alya sangat menyayangimu  aku menarik kerah Bang Rais dan memukuli nya tapi dia hanya diam bagai orang bisu..”kenapa tidak jawab pertanyaan Alya? sejak kapan jadi orang bisu seperti ini ,jawab!..jawablah bang..!” aku bahkan tak tahu bagaimana harus marah dan harus membenci orang yang kusayangi ini.

Lima tahun telah berlalu..aku dan Bunda membuka hidup baru, sementara Dinda dan  Bang Rais didalam penjara, menebus semua kesalahannya, Dinda telah dikuasai oleh syaitan dan nafsu..dan Bang Raispun telah tergoda oleh bisikkan syaitan, tapi aku dan Bunda selalu menjenguk mereka dipenjara, bahkan Bunda ingin mengeluarkan Dinda dan Bang Rais dari penjara untuk hidup bahagia bersama kami. Kini aku sudah meneyelesaikan S1 diUniversitas yang unggul, selama ini kehidupan ku dan Bunda tak lepas dari bantuan Ustad Rahmad, akupun menerima lamaran dari Ustad Rahmad dengan sangat bahagia, Ijab Qabul pernikahan kami akan terlaksana bulan depan disaat Bang Rais dan Dinda keluar dari penjara. “Barangkali kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak” (QS.An-Nisa : 19)I

SEKIAN








2 komentar:

  1. Cerpennya bagus banget ... ^_^ di tunggu Novel nya ya... kalau bisa FilM nya, amiiin.. ^_^ mau donk minta tanda tangannya... wing wing wing...^_^

    BalasHapus
  2. terimakasih..kmu pengefens saya yang pertama..terimaksh bnyk ya..demi para fens tulisan saya..saya ak berusaha terus menghasilkan karya2 terbaik..untuk umat manusia..tanda tangan ?? ya okelah klo acara jumpa fens nanti jgn lupa untuk hadir ya..bisa foto bareng saya juga..wing..wing..wing..^_^

    BalasHapus